Ringkasan Singkat
Video ini membahas tentang sifat jaiz (boleh) bagi para nabi dan rasul dalam Islam. Intinya adalah:
- Para nabi dan rasul adalah manusia biasa yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan seperti makan, minum, sakit, dan bekerja.
- Meskipun demikian, mereka memiliki keistimewaan dari Allah, seperti wahyu dan penjagaan dari dosa (maksum).
- Pemahaman yang benar tentang sifat jaiz ini penting agar tidak terjadi pengkultusan atau anggapan yang salah tentang nabi dan rasul.
Pembukaan
Dimulai dengan pembacaan Al-Fatihah yang dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para sahabat, tabiin, guru-guru, orang tua, dan semua orang yang berjasa dalam kehidupan. Kajian ini diharapkan diridai oleh Allah dan menjadi ilmu yang bermanfaat serta berkah. Pembahasan kali ini melanjutkan tentang sifat-sifat yang melekat pada diri nabi dan rasul, yang merupakan bagian dari ilmu akidah yang wajib dipelajari oleh setiap muslim.
Manusia: Deklarasi Para Nabi dan Rasul
Sifat jaiz bagi rasul perlu dipahami untuk memposisikan rasul dengan benar. Para nabi dan rasul mendeklarasikan bahwa mereka adalah manusia. Ini berarti apa yang bisa dilakukan oleh nabi, mestinya bisa dilakukan oleh manusia biasa, meskipun ada beberapa pengecualian. Rasul adalah manusia dari unsur manusia, bukan malaikat.
Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Kemanusiaan Nabi
Beberapa ayat Al-Qur'an menegaskan status kemanusiaan para nabi dan rasul. Dalam surah At-Taubah, disebutkan bahwa telah datang seorang rasul dari jenis kalian (manusia). Dalam Al-Kahfi 110, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk mendeklarasikan bahwa beliau adalah manusia seperti mereka. Penggunaan kata "basyar" dalam Al-Qur'an menjelaskan manusia sebagai sosok yang memiliki anatomi tubuh, jasmani, fisik, rohani, dan unsur psikologis. Rasulullah juga menegaskan bahwa beliau salat dan istirahat, puasa dan berbuka, serta menikahi wanita, menunjukkan sisi kemanusiaannya.
Hikmah Diutusnya Rasul dari Golongan Manusia
Hikmah diutusnya rasul dari golongan manusia adalah sebagai rahmat agar mereka dapat diteladani oleh umatnya. Umat bisa melihat dan mengakses langsung sosok nabi Muhammad dalam kesehariannya, sehingga ajarannya mudah diterima. Ini adalah bentuk kasih sayang Allah kepada kita.
Sifat Jaiz Rasul: Bolehnya Sifat Kemanusiaan
Sifat jaiz artinya boleh, wajar, dan netral. Dalam kitab Akidatul Awam disebutkan bahwa boleh bagi rasul memiliki sifat-sifat kemanusiaan seperti lapar dan kenyang. Namun, sifat kemanusiaan ini tidak mengurangi derajat kenabiannya. Contohnya adalah sakit yang ringan.
Contoh Sifat Jaiz: Makan, Sakit, dan Bekerja
Rasul boleh makan dan minum, sebagaimana disebutkan dalam Al-Furqan ayat 20. Nabi Isa AS meminta makanan dari langit, dan Nabi Muhammad SAW menyukai beberapa jenis makanan. Rasul juga boleh sakit dan terluka, seperti yang terjadi pada perang Uhud. Selain itu, para nabi juga bekerja, menunjukkan bahwa mereka menjalankan tugas kemanusiaan sebagai khalifatullah fil ard.
Hikmah Ujian Sakit bagi Para Nabi
Para nabi dan rasul adalah manusia terbaik dan terbebas dari dosa. Hikmah Allah memberikan ujian sakit kepada mereka adalah untuk melipatgandakan pahala, memperjelas ketaatan mereka, agar umat meneladani mereka dalam kondisi sakit, agar manusia memahami bahwa dunia adalah tempat ujian, agar tidak ada pengkultusan, dan untuk menegaskan status mereka sebagai hamba.
Kisah Nabi Ayub: Koreksi Pemahaman yang Salah
Banyak beredar cerita tentang Nabi Ayub AS yang sakitnya luar biasa dan digerogoti ulat. Namun, ulama seperti Abu Yasad Muhammad al-Maliki dan Syekh Muhammad Ali Assabuni mengatakan bahwa cerita tersebut tidak ada dasarnya dan merupakan kisah israiliyat yang dusta. Sakitnya para nabi dan rasul adalah sakit yang ringan dan tidak menjijikkan.
Kesimpulan: Keyakinan tentang Nabi dan Rasul
Kesimpulan dari kajian ini adalah:
- Kita wajib meyakini bahwa para nabi dan rasul memiliki sifat indah dan luhur, bersih lahir dan batin.
- Para nabi layaknya manusia dengan sifat kemanusiaan pada umumnya, namun tidak mengurangi derajat kenabian mereka.
- Allah memilih mereka dari seluruh alam dan mengutus mereka dengan risalah-Nya.
- Para nabi dan rasul tidak pernah melanggar ketentuan pokok agama, meskipun terdapat perbedaan dalam syariat karena perbedaan umat, masa, tempat, keadaan, dan adat kebiasaan. Agama mereka adalah Islam.

