Eps 907 | SOUND HOREG : BUKTI KEGAGALAN BUDAYA JAWA?

Eps 907 | SOUND HOREG : BUKTI KEGAGALAN BUDAYA JAWA?

Ringkasan Singkat

Video ini membahas fenomena sound horeg di Jawa Timur dari sudut pandang psikologi, antropologi, dan sains. Dijelaskan bahwa popularitas sound horeg berkaitan dengan tingkat stres, perasaan teralienasi, dan emosi yang labil pada masyarakat Jawa. Selain itu, tradisi Jawa Timur yang menyukai suara keras dan keramaian juga menjadi faktor pendorong. Hilangnya empati akibat stres menjadi alasan mengapa sound horeg tetap eksis meski menuai kontroversi.

  • Popularitas sound horeg di Jawa Timur berkaitan dengan stres, perasaan teralienasi, dan emosi yang labil.
  • Tradisi Jawa Timur yang menyukai suara keras dan keramaian menjadi faktor pendorong.
  • Hilangnya empati akibat stres menyebabkan sound horeg tetap eksis meski menuai kontroversi.

Pendahuluan

Fenomena sound horeg di Jawa Timur sangat populer, bahkan mencapai 13.000 pengusaha sound dengan orderan 15-20 kali per bulan dengan tarif Rp20-50 juta. Meskipun banyak yang menghujat karena dianggap mengganggu, sound horeg justru semakin menjalar ke daerah lain. Video ini akan membahas alasan di balik fenomena ini dari sudut pandang psikologi, antropologi, dan sains.

Stres dan Kebutuhan akan Suara Keras

Orang Jawa banyak yang mengalami stres dan tekanan, terutama sejak pandemi COVID-19. Musik yang keras menjadi pelarian bagi mereka yang stres dan kesulitan mencari penghidupan. Musik yang keras memberikan semacam anestesi dan delusi untuk mengabaikan realita. Semakin besar stres yang dialami, semakin besar pula kebutuhan akan suara yang hingar-bingar.

Alienasi dan Kebutuhan akan Persatuan

Rasa teralienasi dan tersisihkan dari masyarakat juga menjadi faktor pendorong popularitas sound horeg. Orang Jawa merasa bahwa hubungan sosial yang ada di sekitar mereka terasa palsu dan tidak bermakna. Sound horeg menjadi sarana untuk merasa bersatu, datang ke tempat yang sama, memperhatikan hal yang sama, dan mendengar hal yang sama, sehingga menciptakan euforia.

Emosi Labil dan Penyaluran Emosi

Musik berhubungan erat dengan emosi. Sound horeg menjadi alat untuk menyalurkan dan menstabilkan emosi yang labil. Suara yang keras membangkitkan semangat dan memberikan energi bagi mereka yang emosinya tidak stabil.

Tradisi Jawa Timur yang Menyukai Suara Keras

Tradisi Jawa Timur, terutama di kawasan selatan, memang menyukai suara-suara kencang dan keramaian, seperti terlihat pada pertunjukan jatilan dan bantengan. Orang Jawa Timur yang hidup di wilayah datar dan tersebar merasa sendirian dan membutuhkan penegasan bahwa mereka tidak terpencil. Pusat-pusat kekuasaan di Jawa Timur yang tidak seefektif di Jawa Tengah pada zaman dulu juga menjadi faktor pendorong kebutuhan akan suara yang lebih keras.

Sound Horeg dan Dugem: Fenomena Global

Fenomena sound dengan suara besar dan keramaian sebenarnya ada di seluruh dunia, salah satunya adalah dugem. Dugem adalah sound horeg versi internasional yang dikumpulkan di satu tempat dan diisolasi karena masyarakat kota yang heterogen. Baik sound horeg maupun dugem dilatarbelakangi oleh faktor yang sama, yaitu stres dan tekanan.

Hilangnya Empati dan Dampak Sound Horeg

Stres, alienasi, dan emosi yang labil menyebabkan hilangnya empati. Orang yang kehilangan empati tidak peduli dengan penderitaan orang lain dan hanya fokus pada kesenangan diri sendiri. Inilah yang menyebabkan sound horeg tetap eksis meskipun mengganggu banyak orang. Masyarakat yang menyukai sound horeg sebenarnya membutuhkan pertolongan karena mereka sedang sakit dan butuh pengobatan.

Share

Summarize Anything ! Download Summ App

Download on the Apple Store
Get it on Google Play
© 2024 Summ